Selasa, 18 Februari 2014

Kerajinan Rotan Dari Desa Tembus Pasar Dunia

Berita Furniture - Jepara yang sangat terkenal dengan kota ukir, ternyata tidak hanya melulu soal industri mebel kayu saja. Tapi, sudah mulai merambah pada industri kerajinan rotan. Sentra kerajinan rotan ini berada di Desa Teluk Wetan, Kecamatan Welahan. Di desa ini kita bisa mendapatkan berbagai produk kerajinan rotan, mulai dari souvenir hingga mebel rotan. Letak desa yang menjadi sentra kerajinan tersebut, memang relatif sulit dijangkau. Karena letaknya memang tidak berada di pinggir jalan utama, yang menghubungkan antar kota.
Melainkan berada di desa yang cukup masuk ke dalam dari jalan utama. Desa Teluk Wetan berada di bagian selatan Kabupaten Jepara, dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Demak. Dari arah Semarang, sentra ini berjarak sekitar 5 kilometer (km) setelah melewati Kabupaten Demak menuju Jepara. Sebelum memasuki desa tersebut, akan disambut dengan plang bertuliskan "Sentra Anyaman Rotan dan Bambu".

Salah satu pengusaha rotan di Teluk Wetan, Wales Haryanto mengatakan, sentra kerajinan rotan ini memang sudah lama berdiri sekitar tahun 1970-an silam. Namun, saat itu pemerintah daerah Jepara belum meresmikan Teluk Wetan sebagai pusat kerajinan berbasis rotan. Baru di tahun 1990-an, pemerintah meresmikan Desa Teluk Wetan sebagai sentra kerajinan rotan. Saat ini, hampir 90% warga desa berprofesi sebagai perajin rotan.
”Kalau saya pribadi, dulunya usaha dibidang mebel kayu. Tapi sejak tahun 2004, saya mulai masuk ke bidang kerajinan rotan,” ujar pengusaha kelahiran 1969 itu.

Sejak 2004 hingga saat ini, usaha dia berkembang pesat. Yang awal mula hanya kecil-kecilan tapi saat ini ia memiliki karyawan sekitar 100 orang. Karyawan tersebut tidak berada dalam satu tempat saja, melainkan menyebar disejumlah tempat home industri. ”Saya punya peng-sub 10 tempat berbentuk home industri. Setiap sub memiliki sedikitnya 8 karyawan. Sedangkan di tempat saya sendiri ada 20 karyawan. Jika ditotal ada sekitar 100 karyawan,” ungkapnya.

Sejauh ini ia melayani berbagai pesanan baik dari dalam maupun luar negeri seperti Belgium, Dubai, dan Perancis. Meskipun ia belum termasuk kategori perusahaan besar, ia mampu melayani pesanan hingga beberapa kontainer dalam setiap bulannya. ”Saya melayani luar negeri, tapi melalui perusahaan pengiriman dari Semarang. Sebulan antara enam sampai delapan kontainer. Tapi biasanya dua minggu sekali dua sampai 3 kontener barang yang saya kirim,” katanya. Menurut dia, dalam satu kontainer yang ia kirim, ada sekitar 200 hingga 250 buah barang hasil kerajinan rotan yang ia garap. Sedangkan dalam setiap buah barang harganya mencapai ratusan ribu, bahkan jutaan menyesuaikan dengan bentuk dan ukuran. ”Kalau standar, harganya ratusan ribu per biji. Misalkan kursi rotan standar harganya sekitar Rp 400 ribu,” imbuhnya.
(Koran Muria)

0 komentar:

Posting Komentar